Mendampingi Anak Belajar Tanpa Baper

 Assalamualaikum.

Itu judul kok agak gimana gitu ya.

Tapiiii...seriusan, tulisan ini ada karena banyak cerita yang bikin gemes tentang anak.

         

Happy kids

                        

Beberapa kisah mommies mengenai anaknya.

"Kalau ujian dibantu aja, kan di rumah ujiannya. Nanti biar nilainya bagus dan dapet sekolah favorit".

"Buruan gih les biar IPA nya bagus". 

Pernah baca artikel yang bilang bahwa membaca raport tuh jangan dilihat satu mapel aja, tapi keseluruhan, bahkan mungkin dari raport kelas 1. Mana yang nilainya selalu baik, dan mana yang biasa, maka di bidang yang nilainya baik itulah yang menunjukkan minat dan kemampuan anak.

Ada yang suka matematika dan nilai matematikanya selalu baik, begitu juga ada yang suka bahasa dan nilai bahasanya selalu baik.

Sering ya kita dengar komentar, si A tuh pinter lho, nilai matematikanya selalu 100.

Nah, pernah denger nggak, si B tu anaknya pinter, nilai bahasanya selalu 100. 

Kalau menurut saya sih, pintar itu adalah ketika kita menguasai bidang yang kita pilih/sukai.

Begitu pun anak. 

Anak teman nilai akademisnya biasa, tapi dia sangat mahir menjadi dalang wayang, mahir di bidang seni. Itu juga pintar loh menurut saya.

Jadi kepintaran/kecerdasan tidak melulu tentang akademis.

Kadang kita ini tidak adil dalam menilai anak.

Anak-anak pun, meski masih kecil, ia akan menunjukkan tanda di mana dia punya minat dan kesukaannya.

Jadi jangan baper deh tentang anak kita. Kita fokus aja ke anak tersayang, dan omongan negatif orang lain kita lupain aja.

Mau tips anti baper? Melipir kesini kesini ya 😊

O ya, pernah dengar kan tentang kecerdasan multiple?

Menurut Howard Gardner, pakar pendidikan dari Amerika Serikat, kecerdasan itu dibagi menjadi 8 jenis, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan logika atau matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinetik dan kecerdasan naturalis.

Multiple Intelligences ( Kecerdasan Multiple )

1. Kecerdasan Linguistik ( Words Smart )

Terlihat ketika anak mampu berbahasa secara baik saat ia berbicara maupun dalam bentuk tulisan. Anak biasanya suka membaca, suka menulis, suka mendengarkan cerita dan cepat bisa mengeja kata dengan baik.

Kita bisa mendukungnya dengan membelikan buku-buku cerita, menyediakan buku atau kertas agar anak bisa menulis apapun yang ia mau.

Kita juga bisa mengajaknya ngobrol, bercerita dan membaca bersama.

2. Kecerdasan Musikal ( Music Smart )

Anak suka bernyanyi? Goyang badan, joget-joget ketika mendengar suara musik? Itu adalah ciri-ciri anak yang mempunyai kecerdasan musikal. Ia juga suka suara musik, suka mendengarkan musik, mengingat lagu bahkan suka memukul benda seolah sedang bermain drum. 

Kita bisa mendukungnya dengan memberinya alat musik lalu ajak bermain bersama. Atau bisa juga ajak anak mendengarkan musik bareng-bareng.

3. Kecerdasan Intrapersonal ( Self Smart )

Moms mungkin pernah melihat anak yang cenderung suka bermain sendiri tapi bisa mengatur emosi dengan baik? Bisa jadi anak itu memiliki kecerdasan intrapersonal ini. Dia tau apa ambisinya, ia juga tau mau jadi apa saat besar nanti. Rasa percaya dirinya tinggi, selain itu ia juga bisa mengkomunikasikan perasaannya dengan baik.

Kita bisa ajak ia ngobrol, menanyakan perasaannya dan menanyakan pendapatnya tentang berbagai hal.

4. Kecerdasan Interpersonal ( People Smart )

Nah kalau kecerdasan interpersonal ini adalah kebalikan dari kecerdasan intra personal.

Anak lebih suka bermain dengan teman-temannya, dengan banyak orang.

Rasa empatinya besar, ia lebih bisa memahami perasaan orang lain. Saat bermain bersama teman, ia lebih menonjol dan suka memimpin.

5. Kecerdasan Logika atau Matematis ( Number Smart )

Mungkin kecerdasan ini yang biasa digadang-gadang untuk menyebut seorang anak adalah anak pintar, padahal masih ada kecerdasan yang lainnya lagi kan?

Anak dengan kecerdasan logika terlihat ketika ia tertarik dengan angka-angka, menyukai matematika dan hal-hal berbau sains, juga hal yang berhubungan dengan logika.

Untuk mendukungnya, kita bisa mengajaknya bermain sambil berhitung, bisa juga memberikannya alat hitung, balok dengan angka-angka dan sebagainya.

6. Kecerdasan Spasial ( Picture Smart )

Biasanya anak dengan kecerdasan ini akan terlihat pada kesukaannya menggambar, mencorat-coret kertas, suka berimajinasi saat bermain, seperti membangun sesuatu dengan balok.

Kita bisa mendukungnya dengan menyediakan berbagai peralatan menggambar.

7. Kecerdasan Kinetik ( Body Smart )

Terlihat pada anak yang aktif, suka olahraga, suka menari, antusias memegang benda ini benda itu, lalu mempelajarinya. 

Anak-anak yang mampu mengkoordinasikan gerak tubuh dengan baik dan sangat suka pada kegiatan fisik.

Kita bisa mengajaknya melakukan berbagai aktivitas fisik: berlari, menari dan lain-lain.

8. Kecerdasan Naturalis ( Nature Smart )

Terlihat pada anak yang tertarik untuk mempelajari dan punya kepekaan terhadap alam, hewan, tumbuhan, bahkan tertarik mengenai lingkungan luar angkasa.

Kita bisa mendukungnya dengan memberikan hewan piaraan, dan ajak juga untuk merawat tumbuhan. Atau ajak juga untuk jalan-jalan di alam bebas.


Kan Moms?!

Ini jadi evaluasi dan koreksi juga nih  buat saya.

Jangan lantas marah-marah ya kalau melihat nilai matematika anak nggak sampai 100.

Karena ternyata kita tidak bisa hanya mengandalkan nilai rapor saja untuk mengetahui kecerdasan anak.

Kalau anak nilai berhitungnya biasa-biasa saja atau mungkin malah kurang, bisa jadi ia punya nilai yang lebih tinggi di aspek yang lain, yang artinya ia punya kecerdasan lainnya. 

                       

Murid sekolah
Sekolah yang sepi kala pandemi
( Foto: dokpri )

Saya sih percaya, tiap-tiap anak tuh unik dan punya kehebatannya masing-masing. 

Memang tidak bisa disamakan sih, antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Begitu juga cara memgembangkan potensinya masing-masing.

Jadi, pertanyaan bagi kita adalah apakah sudah adil pada anak-anak? Anak pertama, anak kedua, ketiga....anak tetangga yang mungkin sering kita banding-bandingkan?

Mau anak kita sendiri maupun anak orang lain, mereka tetaplah anak-anak. 

Semoga kita bisa menjadi lingkungan yang bisa mendukung bagi anak-anak tersebut.

Bisa memandang anak dengan potensinya masing-masing. 

Tidak arogan membanggakan diri seolah kemampuan bahasa adalah segalanya, kemampuan matematika adalah segalanya, akademis segalanya dan lain-lain.

Ada porsi dan potensinya masing-masing.

Meski memang saat usia sekolah, kita sebagai ortu juga tetep harus membimbing anak di akademisnya.

Ibarat ikan, dia akan sangat mahir berenang, sedangkan burung ia sangat pintar terbang.

Menilai ikan dari kemampuannya terbang tinggi, akan membuat ikan terlihat bodoh seumur hidup. 

Iya nggak?

Dan kalau dihubungkan dengan dunia kerjanya kelak, tentu memang banyak hal yang bisa kita diskusikan.

Misalnya pada anak generasi Z, tentunya akan ada perbedaan dengan generasi sebelumnya.

Tidak bisa dipungkiri kan Mom, kita menyekolahkan anak kita di masa sekarang, salah satunya tentu untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja nantinya. 

Agar lebih punya pengetahuan, ketrampilan dan daya saing. Apalagi mereka nantinya tidak hanya akan bersaing dengan sesama pencari kerja, tetapi juga bersaing dengan robot ataupun artificial inteligence.

Sehingga memang kedepannya mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar dan mungkin juga tuntutan yang lebih tinggi dimasanya.

                    

Ketrampilan masa depan
( Grafis: jobstreet.co.id )

Jadi kita sebagai ibunya, tetap harus bisa melihat apa dan bagaimana minat dan kemauan anak.

Mempertimbangkan dan memandang nilai mata pelajaran di sekolah dengan bijak, serta menambahkan soft skill agar lebih punya kompetensi kedepannya. 

Semangat ya, Moms !!

Pokoknya kita musti saling menyemangati, bukan saling menjatuhkan meski hanya dengan kata-kata. 😉


Posting Komentar

6 Komentar

  1. Biasanya orang luar nih yg suka kebanyakan komen gak membangun. Kita di dalam keluarga udah bagus2 menerapkan setiap anak itu berbeda, eh diluar malah dibanding2kan. Sedih liatnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya loh. Tapi ya gimana..kita kan ga bisa setting orang untuk ngomong sesuai kemauan kita..hihi. Sabar deh pokoknya

      Hapus
  2. Beneeer banget mba. Makanya aku ga mau memaksa anakku utk bisa menguasai semua pelajaran. Aku ngerti dia bukan super jenius yg bisa ngerti segala subjects di sekolah. Buatku, ada 1 bidang yg dia kuasain aja, itu udh cukup.

    Aku slalu bilang, kalo kamu suka bahasa, pelajari yg serius, dan fokus. Subject lain kayak matematika kamu lemah, gapapa. At least kamu mau belajar aja itu udh sangat bgs. Tapi bidang yg kamu suka, itu hrs difokusin.

    Aku sendiri dulu dipaksa utk bgs di segala pelajaran . Yg mana ga mungkin lah. Aku lemah di hitung2an, tapi kuat dlm pelajaran under IPS. Ya mau gimana.. aku ga pgn anakku ngerasain tekanan begitu juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku setuju mba, maka kubilang diatas, pintar itu adalah ketika ia menguasai bidangnya. Mau math kek, art kek apapun...mendalami bidang yang diminati. Apalagi kalau udah suka, enjoy, kayaknya lebih memuaskan bagi anak juga.

      Hapus
  3. masalah besar ya, dulu algi kecil, aku jarang mendampingi , kecuali kalau anak minta dijaarin kalau gak bisa. kebayang ya sekarang lagi belajar PJJ, semua ibu jadi rempong

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rempong pake banget 😅. Tapi mau ga mau sih, suka ga suka. Yang penting jangan lupa me time, biar bisa relaks ...hihi

      Hapus